Langkah The Fed, Bisa Berakibat Pasar Saham Kolaps

Media Apakabar.com
Selasa, 17 Maret 2020 - 09:18
kali dibaca
Pengamat Ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin.
Mediaapakabar.com-Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami pelemahan selama sesi perdagangan hari ini. Sejak dibuka hingga di tutup IHSG diperdagangkan di teritori negatif. Kondisi IHSG juga tidak kalah memprihatinkan dibandingkan dengan negara asia lain yang mengalami pelemahan kinerja indeks bursanya. Dimana Hang Seng terpuruk 4.03%, Shanghai jeblok 3.4%, dan Singapura terjungkal 5.06%.

"Pada hari ini IHSG melemah di level 4.690,65 atau anjlok 4.4%. Hampir dipastikan selalu ada diskon harga saham setiap hari perdagangan selama bulan maret ini. Setiap hari pelaku pasar disuguhkan dengan harga saham yang terpangkas dengan rentang harga yang cukup besar. Entah sampai kapan kondisi diperkirakan akan berakhir nantinya," ungkap Ekonom Sumatara Utara, Gunawan Benjamin kepada Mediaapakabar di Medan, Senin (16/3/2020) sore.

Katanya, tekanan pada IHSG ini terbilang masih terbatas karena pelaku pasar tahu bahwa IHSG diupayakan untuk tidak turun diatas 5%. Karena secara otomatis akan dihentikan (halt) jika IHSG terkoreksi 5%. Memang saat IHSG mulai menunjukan kemungkinan menuju koreksi 5%, IHSG mampu berbalik.

"Kondisi pasar keuangan saat ini tengah dilanda kepanikan besar. Terlebih secara mengejutkan Bank Sentral AS memangkas besaran suku bunga acuannya sebesar 100 basis poin. Ini kebijakan yang bisa saja memperkeruh pasar keuangan global. Memang pada dasarnya kebijakan suku bunga rendah akan membuat masyarakat menarik pinjaman atau pembiayaan yang diperuntukan sebagai modal bisnis atau usaha," ujar Gunawan.

Namun, lanjut Gunawan, disaat corona atau covid 19 menyerang, masyarakat justru akan membatasi aktifitasnya dengan banyak berdiam di rumah. Nah lantas apa yang diharapkan dengan kebijakan penurunan suku bunga tersebut. Yang ada justru masyarakat dibanjiri banyak uang, namun uang itu tidak dapat digunakan untuk aktifitas usaha.

"Yang ada malah kebijakan Bank Sentral AS tersebut jika gagal akan mempercepat AS dan tentunya banyaknegara lain masuk ke dalam jurang krisis ekonomi atau resesi. Apa yang dilakukan The FED atau Bank Sentral AS sejauh ini menurut saya hanya berpeluang memperkeruh keadaan. Kondisi akan berbeda jika seandainya penyebaran virus corona bisa dihentikan dengan langkah-langkah tertentu, baru dibarengi dengan penurunan suku bunga acuan," papar Gunawan.

Namun saat ini kan tidak, ungkapnya, corona belum tahu kapan akan berhenti, lantas di pasar keuangan masyarakat justru dibanjiri uang dengan stimulus penurunan bunga acuan. Kalau seandainya hal tersebut dilakukan di Indonesia sudah barang pasti akan memicu inflasi besar, yang menggiring kita semakin cepat masuk ke jurang resesi.

Penurunan harga saham saat ini tidak serta merta akan memicu animo masyarakat untuk membeli saham. Yang muncul saat ini adalah kepanikan yang bisa saja membuat masyarakat justru enggan masuk ke pasar saham. Meskipun harga saham pada dasarnya sudah sangat murah sejauh ini, ujarnya.

Sementara itu, hal yang sama ditunjukan oleh kinerja pasar keuangan khususnya mata uang pada hari ini. Sekalipun rupiah mampu menguat saat dibuka, Rupiah justru berbalik melemah dan turun dikisaran 14.930 per US Dolar di sesi penutupan perdagangan sore. Pelemahan rupiah memperburuk persepsi pasar yang dibayangi tekanan dari penyebaran covid 19, imbuhmya.(abi)
Share:
Komentar

Berita Terkini