Sebuah rumah yang dihuni seorang nenek berusia 92 tahun di Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat, dimasuki sekawanan pencuri yang mengaku sebagai pegawai PLN dan PAM. Saat si nenek hanya berdua dengan pembantunya, sedangkan anaknya sedang berbelanja di minimarket, jadi peluang bagi komplotan beranggotakan lima orang itu (J, M, S, RA, dan I) mencuri uang dari rumah tersebut.
Bermodalkan kamera, salah satu di antara penjahat itu sibuk
melakukan pengukuran di meteran listrik rumah nenek tersebut. Dua orang lainnya
mengalihkan perhatian dengan mengobrol dengan si nenek dan pembantunya. Ketika
kedua orang itu mulai lengah, salah satu pelaku berinisial J masuk ke dalam
rumah dan pergi ke kamar utama.
Dengan obeng sambung yang sudah ia siapkan, satu per satu
lemari si nenek dibongkar. Ia menemukan uang ringgit setara Rp 10 juta. Agar
tak menimbulkan kecurigaan, mereka tak beraksi lebih jauh. Mereka lalu
berpamitan dengan si nenek dengan membawa uang pemberian anak-anaknya itu. Si
nenek yang mengetahui hal tersebut menceritakan kejadian itu kepada anaknya.
Sang anak kemudian melaporkan hal tersebut ke ketua RT, lalu diteruskan ke
polisi.
Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Heru Novianto
mengatakan, pihaknya sudah menangkap empat dari lima tersangka itu pada
Selasa (4/2/2020) pekan lalu.
Penangkapan berawal dari tertangkapnya otak pencurian berinisial J di sebuah
apartemen di kawasan Kemayoran.
"Alhamdulillah kami bisa ngambil di kamarnya dan dia mengakui
semuanya dan menyampaikan beberapa temannya dan hari ini sudah kami
tangkap," kata Heru di Kampung Bali, Kamis kemarin.
Dari informasi tersebut, tiga orang tersangka lainnya
kemudian berhasil ditemukan dan diringkus polisi. Sementara seorang tersangka
berinisial I masih buron. Sudah 4 tahun beraksi Setelah diperiksa, ternyata
para tersangka ini pemain lama.
Heru menyampaikan,
sekurang-kurangnya komplotan itu sudah empat tahun beraksi. "Ada beberapa
titik contohnya, di Jakarta Pusat ada dua titik di daerah Kampung Bali dan
Jalan Kartini. Kemudian di Jakarta Timur ada tiga titik, kemudian di wilayah
Tangerang ada tiga TKP (tempat kejadian perkara), wilayah Selatan ada tiga
TKP," kata Heru.
Dalam menargetkan sebuah rumah, mereka akan melihat apakah
rumah itu dilengkapi CCTV sehingga wajah mereka tak terekam. Selain itu, mereka
tidak gegabah mencari berbagai barang di dalam rumah. "Mereka sedapatnya
saja, di dalam lemari dapatnya Rp 8 juta diambil, ada jam tangan diambil jam
tangan. Tapi, hitungannya dia hanya menit. Jadi tidak mencari lebih daripada
yang ada di situ, dapat, dia keluar," ujar Heru.
Heru juga
menyampaikan, para pelaku biasa beroperasi seperti yang mereka lakukan di
Kampung Bali, yakni mengincar rumah-rumah yang dihuni orang lanjut usia
(lansia). "Mereka survei, dia melihat situasi apakah rumah ini ada
penghuninya. Yang dicari memang yang ada penghuninya, tetapi usia lanjut. Jadi
tidak akan melakukan perlawanan," ujar Heru.
Mereka menargetkan lansia lantaran lebih kecil kemungkinan
melakukan perlawanan jika aksi mereka ketahuan. Namun, untuk berjaga-jaga,
mereka juga membawa sejumlah senjata tajam untuk melukai korbannya. Berdasarkan
pengakuan mereka, hingga mereka tertangkap, pisau yang mereka bawa belum pernah
melukai sasaran mereka.
Heru menambahkan, modus menyamar sebagai petugas PLN dan PAM
adalah modus lama dalam kasus pencurian. Namun, hingga saat ini, kasus seperti
itu masih sering terjadi. Padahal, para tersangka tidak melengkapi diri dengan
seragam atau identitas palsu. "Dan mereka meyakinkan, mentalnya dia untuk
menyampaikan itu luar biasa sehingga warga tidak menyadari mereka kawanan yang
mengambil benda atau barang berharga di rumah," ujar Heru.
Heru mengimbau kepada masyarakat untuk waspada terhadap orang-orang
tak dikenal yang mendatangi rumah. Terlebih lagi, mereka tidak memiliki
seragam, kartu identitas, ataupun surat tugas dari perusahaan yang mengutus
mereka.
"Kalau tidak ada surat tugasnya, tidak menggunakan uniform, dan
paling tidak mereka sebelumnya melapor dulu ke RT sehingga identitas tercatat
dan tidak asal masuk ke rumah-rumah. Kalau tidak kenakan (itu), tidak perlu
dibukain pintu," kata Heru.
Sumber : Kompas.com