Harga Minyak Mentah Dunia Jenis WTI Anjlok Hingga $44 per Barel

Media Apakabar.com
Jumat, 28 Februari 2020 - 21:19
kali dibaca

Mediaapakabar.com-Harga CPO terpuruk sangat dalam. CPO mendapatkan pukulan serius setelah memburuknya penyebaran virus corona ditambah memburuknya politik di malaysia.

" Harga untuk pengiriman bulan mei saat ini dijual dikisaran 2.290 ringgit per tonnya. Padahal sebelum krisis politik di malaysia, CPO sempat mampu bertahan di dalam rentang 2.600 hingga 2.800 ringgit per tonnya," jelas Ekonom Sumatra Utara, Gunawan Benjamin di Medan, Jumat (28/2/2020) siang.

Katanya, CPO anjlok lebih dari 12% di satu pekan terakhir.  Kinerjanya anjlok setelah estimasi produksi CPO diperkirakan mengalami peningkatan. Selain itu permintaan CPO dunia anjlok seiring pukulan kuat ekonomi global yang diperkirakan tumbuh di bawah 3%, ungkap Gunawan.

Selain itu, lanjut Gunawan harga komoditas dunia seperti harga minyak mentah dunia mengalami penurunan yang signifikan.

" Harga minyak mentah dunia jenis WTI anjlok menjadi $44 per barel, sementara minyak jenis brent anjlok dikisaran $45 per barel," terangnya.

Gunawan juga menyebutkan, harga komoditas yang terpuruk tersebut juga turut menekan kinerja harga CPO.

Praktis tidak ada sentimen yang bagus yang bisa memdongkrak harga CPO dalam waktu dekat. Penurunan harga CPO ini akan memukul harga sawit di tingkat petani.

"Dan penurunan CPO ini berpeluang menekan harga minyak goreng. Meskipun pelemahan rupiah terjadi saat ini dikisaran 14.315 per ua dolar. Pelemahan rupiah akan menahan penurunan harga minya goreng nantinya. Namun saya yakin harga minyak goreng bisa turun di bawah 11 ribu per kg nantinya," papar Gunawan.

Ditambahkannya, penurunan harga CPO itu akan mengancam pertumbuhan ekonomi SUMUT dan bisa menekan daya beli masyarakat.SUMUT di tahun 2020 ini berhadapan dengan resiko ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

" Dan corona ini menjadi sumber malapetaka bagi perekonomian SUMUT yang sulit diprediksikan kapan akan berakhir dan akan tetap menghantui ekonomi sumut kedepan," pungkas Gunawan.(abi)
Share:
Komentar

Berita Terkini