Bersyukur Sih, Namun Pertumbuhan Ekonomi 5% Ngak Cukup Buat RI

armen
Kamis, 06 Februari 2020 - 17:03
kali dibaca





Mediaapakabar.com-Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2019 tercatat 5,02% lebih rendah dibandingkan pertumbuhan 2018 sebesar 5,17%.

Sudah 5 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo, namun pertumbuhan ekonomi masih mentok di kisaran 5%. Apakah pertumbuhan ekonomi ini cukup?

Wakil Direktur INDEF Eko Listiyanto mengungkapkan lambatnya pertumbuhan ekonomi ini terjadi karena lemahnya fundamental perekonomian nasional.

Menurut dia, struktur pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang secara terus menerus, sehingga ekonomi sangat rapuh. Belum lagi inflasi pangan terus menekan daya beli rumah tangga.

Dia menjelaskan gejolak global bukanlah biang kerok dari perlambatan ekonomi Indonesia. Selama ini keterbukaan ekonomi nasional terhadap ekonomi global relatif terbatas (small open economy).

Kemudian, porsi ekspor barang dan jasa saat ini tidak lebih dari 20% dari PDB. Sementara itu foreign direct investment baru setiap tahunnya tidak cukup tinggi, hanya 2,65% terhadap PDB pada 2018.

"Porsi PMA baru setiap tahunnya pada pembentukan modal tetap bruto domestik tidak lebih dari 10%," ujar Eko dalam konferensi pers di INDEF Club, Jakarta, Kamis (6/2/2020).

Dia menjelaskan, data-data tersebut dapat menyimpulkan bahwa kekuatan ekonomi Indonesia justru berada di sisi domestik, sehingga tidak ada alasan untuk tumbuh rendah selama komponen domestik bisa dipacu.

Menurut dia, sebelumnya pemerintah menggadang-gadang menjadi perekonomian terbesar pada 2045. Melihat realisasi pertumbuhan yang tidak bergerak dari 5%.

"Prospek perekonomian terbesar di dunia tinggal angan-angan belaka, untuk sampai ke perekonomian terbesar ke 4 di dunia, perlu pertumbuhan di atas 6% per tahun," imbuh dia.

Untuk konsumsi rumah tangga melambat karena konsumsi kelas atas juga mengalami perlambatan. Dalam 5 tahun.

Sumber : Detik.com

Share:
Komentar

Berita Terkini