'Raja' Keraton Agung Sejagat Ditangkap, Eks Pengikut: Keplok-Keplok Saya!

armen
Rabu, 15 Januari 2020 - 19:32
kali dibaca


Raja dan Ratu Keraton Agung Sejagat resmi ditetapkan jadi tersangka penipuan dan keonaran (Foto: Angling Adhitya Purbaya)
Mediaapakabar.com-Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santoso (42) diketahui pernah beroperasi di Yogyakarta dengan mengaku Dewan Wali Amanat Panitia Pembangunan Dunia Wilayah Nusantara dalam organisasi Jogya Develoment Comitte  pada tahun 2016. Rupanya, ada warga Gunungkidul yang menjadi korban janji manis itu.

Warga Dusun Tumpak, Desa Ngawu, Kecamatan Playen, Hadi Suroso (74) pernah menjadi koordinator lembaga bentukan Toto yakni, Gunungkidul Development Committee (DEC). Dia didapuk menjadi koordinator dan mendapat mandat mencari anggota di Gunungkidul.

Roso dijanjikan mendapat tunjangan 500 dolar setiap bulannya, namun tidak dijelaskan uang dolar dalam mata uang mana. Uang itu diklaim merupakan dana dari luar negeri untuk kesejahteraan anggota.

"Ngoyoworo (hanya obral janji) itu (Toto) mas," ucap Suroso saat berbincang di kediamannya Dusun Tumpak, Desa Ngawu, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Rabu (15/1/2020).

Padahal selama menjadi koordinator, Roso mengaku menanggung biaya operasional dan pengeluaran Gunungkidul DEC. Dia bahkan sampai menjual lahan pertaniannya karena duit yang dijanjikan tak kunjung terealisasi.

"Lha iya ini orangnya, Toto, dia dulu sering ke sini, makan minum di sini, rapat di sini mas. Tapi orang itu sekarang hilang, saya kalau lihat dia lagi sudah gimana gitu," ujar Roso dengan raut muka jengkel saat ditunjukkan foto Toto.

Roso mengaku mengenal Toto dari sekretaris DEC bernama Retno pada tahun 2016. Dia dimintai tolong menjadi tokoh yang dituakan.

"Jadi saya hanya dimintai tolong untuk jadi yang dituakan di Gunungkidul (Gunungkidul DEC) sama bu Retno. Saya tanya untuk apa, dia jawab karena saya salah satu tokoh karena pernah jadi Komandan Koramil Wonosari dan kenal banyak orang," kenangnya.

Saat perkenalan itu, Toto memperkenalkan diri sebagai pendiri Yogyakarta (DEC) dan ingin membentuk lembaga itu di Gunungkidul. Toto pun memintanya menjadi koordinator dan mencari anggota Gunungkidul DEC.

"Ikut Pak Toto itu katanya itu ada dana sosial yang dari luar, dari Turki. Katanya dana itu lewat dia (Toto)," katanya.

"Terus saja dijanjikan 500 dolar perbulan, itu tunjangan dari pak Toto terkait jabatan (sebagai koordinator Gunungkidul DEC) saya. Kalau sudah keluar (dana dari Turki) nanti dijanjikan sebulan dapat segitu (500 dolar)," imbuh Roso.

Roso mengaku menjadi koordinator Gunungkidul DEC sejak 2016-2018. Selama itu, ia bersama anggotanya kerap menghadiri rapat di Yogyakarta.

"Selama dua tahun saya ke sana kemari, tiap Rabu rapat di Jogja dan pakai biaya sendiri. Rapatnya itu hanya diyakinkan sama dia (Toto terkait DEC)," ucapnya.

Namun, Roso semakin curiga dengan lembaga bentukan Toto. Sebab, dia harus menanggung semua biaya operasional anggota selama 2 tahun, padahal anggotanya mencapai ratusan orang.

"Lha wong saya bisa dikatakan habis-habisan, karena mobil bawa sendiri, terus anggota ikut saya dan jajan saya yang bayari, bensin juga. Akhirnya saya keluar tahun 2018 karena ternyata hanya ngoyoworo itu," katanya.

Roso bercerita dirinya terpaksa menjual lahan pertaniannya di Kecamatan Patuk, Gunungkidul. Hasilnya dia gunakan untuk membayar biaya operasional Gunungkidul DEC.

"Saya sampai jual sawah di Patuk untuk tombok (menanggung biaya) mas, buat operasional itu. Karena saya sebagai ketua, jadi gimana lagi," ucapnya.

Roso juga mengaku senang dengan berita penangkapan Toto semalam. Dia bersyukur 'Raja' Keraton Agung Sejagat itu akhirnya ditangkap.

"Lha kalau saya seneng mas dia tertangkap, keplok-keplok (tepuk tangan) saya," ujar Roso.


Sumber : Detik.com
Share:
Komentar

Berita Terkini