Mediaapakabar.com- Tepat 30 tahun lalu Pasukan Rudal Strategis Soviet menambahkan senjata jenis baru ke gudang senjata mereka, yang menyebabkan kekhawatiran serius di antara negara-negara barat pada tahun-tahun terakhir Perang Dingin.
Penampilan senjata itu menipu karena secara eksternal tampak
seperti kereta kargo sipil, tetapi di dalam tiga gerbongnya tersembunyi RT-23
Molodet rudal strategis yang disebut NATO sebagai SS-24 Scalpel
Rudal ini mampu
mengirimkan masing-masing sepuluh hulu ledak nuklir ke jarak hingga 10.000
kilometer.
Inilah tepatnya ide di balik “kereta nuklir” tersebut.
Meski peluncur rudal berbasis darat sulit dihancurkan karena mobilitas
mereka, mereka masih dapat terdeteksi melalui pengawasan satelit. Peluncur
rudal berbasis kereta api, pada gilirannya, hampir tidak dapat dibedakan dari
kereta api sipil biasa bahkan oleh pekerja kereta api itu sendiri, meskipun
faktanya kereta ini memiliki tiga lokomotif bukan hanya satu.
Rudal ini akan memungkinkan Moskow untuk melakukan serangan
balas dendam besar kepada musuh mana pun, bahkan jika musuh berhasil menguak
lokasi-lokasi silo rudal dan peluncur-peluncur mobile serta menghancurkan
mereka dalam serangan pertama.
Menggabungkan mobilitas tinggi yakni hingga 1.000 kilometer per
hari, otonomi dan bahkan ketahanan terhadap serangan nuklir yang layak
dibuktikan dengan tes, kereta nuklir mulai resmi diadopsi pada tahun 1989.
Saingan utama Soviet,
Amerika, juga melakukan beberapa upaya untuk menambahkan senjata seperti itu ke
dalam arsenal nuklirnya, tetapi tidak ada prototipe yang dibangun.
Kekhawatiran Barat tentang “kereta nuklir” ini tidak hilang
dengan berakhirnya Perang Dingin. Pertama-tama mereka bernegosiasi dengan
Moskow untuk menghentikan gerakan kereta api mereka dan sebagai bagian dari
Strategic Arms Reduction Treaty kedua (START II), kereta nuklir ini harus
dibongkar. Pembongkaran mereka tidak berakhir dengan pengumuman Rusia bahwa
mereka tidak lagi merasa terikat dengan Anti-Ballistic Missile Treaty in 2002
dan pada 2005 yang mengharuskan “kereta nuklir” Soviet dinonaktifkan.
Namun, gagasan mereka masih hidup. Pada 2012, Rusia mengumumkan
pembangunan versi yang lebih baru berdasarkan rudal RS-24 Yars (nama pelaporan
NATO: SS-29), yang akan disebut Barguzin SS-X-32Zh.
Sebuah laporan surat kabar pada tahun 2017 mengklaim bahwa
proyek tersebut telah ditangguhkan untuk sementara waktu, tetapi sebuah sumber
di Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pada tahun 2019 bahwa negara
tersebut tidak meninggalkan gagasan untuk mengembangkan generasi baru peluncur
berbasis kereta api untuk rudal nuklir strategisnya
Sumber : Jejaktapak.com