Rubah Strategi? Amerika Kirim Dua Kapal Tempur Pesisir ke Laut China Selatan

armen
Kamis, 21 November 2019 - 09:33
kali dibaca
USS Montgomery di Laut China Selatan
Mediaapakabar.com- Dua kapal kelas Independence yang mengkhususkan diri dalam operasi dekat pantai memperkuat kehadiran Amerika Serikat di Laut China Selatan.Pengiriman dua kapal ini dipandang bahwa strategi Amerika di wilayah itu telah berubah dari pengintaian dan pencegahan ke peningkatan kemampuan serangannya.

Kapal tempur pesisir USS Gabrielle Giffords meninggalkan pangkalan angkatan laut Changi Singapura dalam misi pada 15 November, menurut informasi pelacakan kapal, sementara USS Montgomery melakukan operasi bersama dengan dua kapal perang Australia antara 6 dan 12 November.

Sebagaimana dilaporkan South China Morning Post Rabu 20 November 2019, kedua kapal aktif di Laut China Selatan, salah satu rute pengiriman tersibuk di dunia, di mana China mengklaim sebagian besar wilayah tersebut.

Upaya Beijing untuk memperluas kehadiran militernya di kawasan itu dengan membangun pos-pos militer dengan lapangan terbang, radar, posisi rudal dan pelabuhan laut di pulau-pulau buatannya telah ditantang oleh Amerika Serikat, yang sering mengirim kapal perang melewati terumbu yang disengketakan dengan menyebutnya sebagai Operasi “kebebasan navigasi”.

Menteri Pertahanan Amerika Mark Esper pada hari Selasa 19 November 2019 mengatakan bahwa Amerika sedang melakukan lebih banyak patroli di Laut China Selatan untuk mengirim sinyal ke China.

Sebagian besar kapal yang digunakan dalam misi navigasi sebelumnya adalah perusak atau penjelajah rudal berpemandu

Tetapi kapal-kapal tempur pesisir memiliki keuntungan unik di wilayah ini. South China Sea Strategic Situation Probing Initiative, sebuah lembaga think tank yang berafiliasi dengan Lembaga Penelitian Kelautan Universitas Peking dalam laporannya mengatakan draf rendah kapal memberi mereka akses yang lebih baik ke perairan dangkal, yang akan membantu upaya untuk melakukan misi pengintaian di terumbu yang tersebar dari rantai Spratly yang disengketakan. Kecepatan mereka  yang bisa mencapai hingga 50 knot  juga merupakan keuntungan dalam misi kebebasan navigasi, kata laporan itu.

Berkat desain modular mereka, kapal juga dapat dengan cepat beralih untuk melakukan misi tempur atau operasi anti-ranjau dan anti-kapal selam.
Secara khusus, USS Gabrielle Giffords, yang dilengkapi dengan rudal anti-kapal canggih, dapat melengkapi operasi Armada Ketujuh.

Pada awal Oktober, kapal melakukan tes penembakan rudal serangan laut dengan jangkauan 185km. Sebuah tes pertama rudal siluman di kawasan Indo-Pasifik.
“Pengerahan kapal mewakili perubahan  dalam strategi Angkatan Laut Amerika di Laut China Selatan yang menunjukkan bahwa komandan mulai fokus pada cara-cara praktis untuk meningkatkan kemampuan serangan mereka di wilayah ini dengan  secara proaktif mencari pencegahan militer dan mempersiapkan potensi konflik militer,”, kata laporan itu sebagaimana dikutip South China Morning Post.

Namun, komentator militer yang bermarkas di Hong Kong, Song Zhongping mengatakan bahwa Gabrielle Giffords dan Montgomery tidak menimbulkan ancaman yang signifikan terhadap pulau-pulau dan terumbu karang yang dikuasai China di Laut China Selatan karena mereka tidak memiliki kemampuan siluman dan rapuh.
“Sebagai tanggapan, pihak China bisa memperkuat rudal anti kapal berbasis darat dan pesawat atau bahkan penyebaran kapal induk di masa depan,” kata Song.

Song menambahkan bahwa program kapal tempur pesisir tampaknya tidak begitu populer dengan Angkatan Laut Amerika, tetapi pembuat kapal-kapal itu mungkin ingin menjualnya kepada sekutu-sekutu Amerika di wilayah tersebut. “Jadi untuk menyebarkannya di wilayah itu juga bisa menjadi iklan,” katanya.(Jejaktapak)

Share:
Komentar

Berita Terkini