(Dari kiri ke kanan) Annisa Pratiwi, founder Ladang Lima, Wilda Yanti, founder PT Xaviera Global Synergy, dan Iim Fahira Jachja, founder Queen Rides dan moderator |
Mediaapakabar.com- Memasuki hari kedua; Indonesian Women’s Forum (IWF) 2019 mengangkat tema besar: “Profit with Purpose” yang bertujuan mendorong kesejahteraan yang meluas dan adil, dengan perempuan sebagai the change maker. Pada salah satu konferensi, dengan turunan tema “Soulfull Business”, IWF 2019 menghadirkan tiga wanita pembicara: Annisa Pratiwi, founder Ladang Lima, Wilda Yanti, founder PT Xaviera Global Synergy, dan Iim Fahira Jachja, founder Queen Rides.
Pada sesi tersebut, para narasumber bertukar
pengalaman mengawali bisnis. Ketiganya ternyata memiliki kesamaan, yakni
semangat mengembangkan bisnis yang lahir dari kepedulian untuk memberdayakan
lingkungan dan sesama wanita. Dari apa yang mereka lakukan, para
wanita sociopreneur tersebut tidak sekadar berfokus untuk
mendapatkan keuntungan semata.
Iim Fahira Jachja dari Queen Rides menempuh
jalur yang berbeda dalam mengembangkan bisnis sekaligus memberdayakan wanita.
Riset yang dilakukannya menyebut, dalam lima tahun terakhir, wanita yang
membeli kendaraan bermotor naik 42 persen. Namun, angka kecelakaan pengemudi
wanita mengalami kenaikan hampir 50 persen dalam dua tahun terakhir.
"Kami memberikan pemahaman kepada para
pengemudi wanita tentang cara mengemudi yang baik dan aman. Mengapa ini
penting? Sebab, 80 persen pengemudi wanita berkendara untuk menjalankan
kepentingan keluarganya," sebut Iim. Dalam tiga tahun, Queen Riders telah
memiliki lebih dari 350 ribu anggota di Indonesia. Lebih dari 20 ribu anggota
komunitas tersebut telah mendapatkan edukasi mengenai berkendara yang aman dan
nyaman. Queen Riders menggandeng beberapa perusahaan otomotif di Indonesia
untuk menguatkan gaung edukasi.
Annisa Pratiwi membeberkan lahirnya Ladang
Lima yang terinspirasi dari kekayaan pangan lokal yang sehat dan glutenfree. Antara
lain singkong, ganyong, dan umbi-umbian lain. "Singkong lebih unggul
daripada gandum karena glutenfree. Di samping itu, gandum harus
diimpor, sedangkan singkong sangat mudah ditemukan di Indonesia,"
kisahnya. Annisa mengaku mulai serius menekuni bisnis tersebut pada 2013 lalu.
Hadirnya Ladang Lima bukan hanya memproduksi dan mendistribusikan tepung
singkong, tetapi juga memberdayakan petani lokal untuk membuat makanan olahan.
Dengan demikian, para petani mendapatkan nilai tambah. "Kami menempuh
berbagai cara pemasaran termasuk memberdayakan para wanita yang tergabung
menjadi Mitra Sehat Ladang Lima," tambah Annisa yang juga sudah mulai
mengekspor produknya.
Sementara, Wilda Yanti, founder PT
Xaviera Global Sinergy, memulai usaha pengolahan sampah justru dari diri
sendiri. Ia memisahkan sampah berdasarkan kategori: 1) organik, 2) non-organik,
dan 3) residu. Kebiasaan memisahkan sampah di teras rumah tersebut
menarik perhatian lingkungan sekitar dan menggerakkan para tetangga untuk
melakukan hal yang sama. Kegiatan itu pun terus berkembang. Semakin banyak
pihak yang mengikuti jejaknya karena mereka merasa mendapatkan manfaat.
"Pada 2011, saya semakin serius menekuni
bisnis ini dengan mendirikan perusahaan. Tantangan terbesar mengembangkan
bisnis pemberdayaan sampah seperti ini adalah menyampaikan kepada masyarakat
dengan bahasa yang mudah dimengerti," sebut Wilda.
Gelaran kedua ajang
komunitas wanita terbesar
Indonesian Women’s Forum (IWF) 2019, merupakan ajang
pertemuan berjejaring wanita kelas menengah yang berkarier, berwirausha,
maupun home-maker terbesar di Indonesia, kembali menggelar
rangkaian konferensi, kelas-kelas workshop dan festival produk
lokal, untuk kedua kalinya. Berlangsung selama 21 dan 22 November 2019 di
Gandaria City Hall, “Indonesian Women’s Forum (IWF) 2019: Bringing
the Best of Indonesian Women” kali ini mengedepankan tema bahasan ‘Inklusif’.
IWF 2019 menggandeng kolaborator utama
yaitu AXA Financial, Facebook, Sun Life
Indonesia, Accenture dan Citi Indonesia.
IWF juga turut menampilkan area festival yang menyatukan 22 booth produk
lokal pilihan berupa karya unik, inovatif, dan sangat kekinian.
( **/red)
Editor : Armen
( **/red)
Editor : Armen