Curhat Soal Polemik dengan KPAI, Orang Terkaya RI Bilang Begini

Media Apakabar.com
Senin, 28 Oktober 2019 - 16:54
kali dibaca
Michael Bambang Hartono,(istimewa)
Mediaapakabar.com-Michael Bambang Hartono, yang kini juga menjadi orang terkaya Indonesia curhat soal upayanya membina para calon atlet badminton selama puluhan tahun dinafikan begitu saja oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).

Ia memang tampak kecewa dengan pernyataan KPAI soal audisi bulu tangkis yang disebut eksploitasi anak. "Kalau mau begitu silakan, saya tidak mau bina lagi.

Kita bina bulu tangkis sudah 50 tahun, dari Tan Joe Hok, Lim Swie King, dan sebagainya. Hasil daripada kita mengharumkan nama bangsa dan pemerintahan Indonesia, merah putih," kata Bambang saat dijumpai CNBC Indonesia Kamis malam (24/10/2019).

Bambang  kini tengah sibuk melatih 24 anak Indonesia untuk menjadi pemain bola standar internasional. Demi mereka, bahkan Grup Djarum membeli klub bola di Italia.
"Semoga nanti bisa jadi pemain sepak bola yang tangguh bagi Indonesia. Asal tidak dikatakan eksploitasi anak-anak oleh KPAI," tuturnya,

Tapi kemudian disebut sebagai eksploitasi anak. "Sakit hati gak? 50 tahun loh, Anda digitukan. Saya tidak dibilang terima kasih, tapi malah dikatakan eksploitasi anak-anak."

Padahal, lanjutnya, tidak ada satupun atlet dan binaan yang diperbolehkan merokok. Jika ketahuan, tak segan akan langsung dipecat. Ini sudah ada di perjanjian.

"Ini saya kembalikan saja kepada KPAI dah yang eksploitasi anak," ujarnya sambil menghela nafas.

Menurutnya, biar publik sendiri yang menilai apakah yang dilakukan itu termasuk eksploitasi atau tidak.

Ini yang dia khawatirkan juga di sepak bola, apalagi ia juga berencana untuk kembangkan bridge tapi khawatir dinilai KPAI mengajarkan judi. "Mati aku, haduh."

Baginya, memang pemikiran KPAI dan PB Djarum tidak sejalan dan susah untuk diajak bicara. Tapi ketika pihaknya ingin kembalikan audisi dan pembinaan kepada mereka, justru malah kalang kabut.

Ia mengatakan, pendidikan dan binaan ini dilakukan karena melihat banyak orang tua yang mengharapkan anaknya bisa menjadi pemain bulu tangkis yang menghasilkan bagi keluarganya dari segi keuangan dan mengharumkan nama bangsa. "Tapi itu malah disalahkan, kalau itu yang dikehendaki, ya sudah saya kembalikan."

Sumber CNBC Indonesia
Share:
Komentar

Berita Terkini