Media Televisi Tak Efektif, Hary Tanoe Bakar Duit Kampanye Tapi Partainya Tidak Lolos

Admin
Jumat, 24 Mei 2019 - 13:42
kali dibaca
Hary Tanoe. Foto: Okezone
Mediaapakabar.com - Partai Persatuan Indonesia (Perindo) menelan pil pahit dengan gagal lolos ke DPR periode 2019-2024 meski sudah mengeluarkan dana besar untuk iklan televisi. Pasalnya, iklan di televisi bukan penentu utama kemenangan, selama tak memiliki tokoh mumpuni.

Menurut hasil rekapitulasi suara Komisi Pemilihan Umum (KPU), partai pimpinan Hary Tanoesoedibjo ini menduduki peringkat sepuluh dengan raihan 3.738.320 suara atau 2,67 persen. Sementara, ambang batas parlemen atau parliamentary treshold 4 persen.

Berdasarkan data PT Sigi Kaca Pariwara, belanja iklan partai politik di 13 stasiun televisi pada masa kampanye Pileg 2019 mencapai Rp 602,98 miliar. 

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjaid yang paling banyak muncul dengan 1.277 iklan senilai Rp 42,84 miliar. Namun, nilai iklan terbesar diduduki oleh Partai Perindo, yakni Rp82,73 miliar.

Pengamat Komunikasi Politik Emrus Sihombing menjelaskan fenomena ini terjadi karena kebijakan partai dalam memanfaatkan media. Sementara, kata dia, iklan di media bukan faktor utama untuk mempengaruhi pemilih.

"Tidak ada korelasi dana kampanye iklan dengan voting behavior. Iklan hanya variable supporting bukan variabel utama," kata dia, seperti yang dikutip dari CNNIndonesia.com.

Emrus menuturkan variabel utama yang paling umum dalam perilaku politik Indonesia ialah soal ketokohan yang diusung sebuah partai. 

Biasanya, tokoh itu muncul dan bisa dilihat dari Ketua Umum partai dan variabel kedua ialah dari program yang ditawarkan.

Tokoh yang diunculkan pun biasanya sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat dipilih oleh masyarakat. Bukan tokoh yang dibentuk dengan secepat kilat. Kemunculan ketokohan pada last minute, kata dia, akan membuat pengenalan masyarakat menjadi tidak optimal.

"Program dan ketokohan ini tidak boleh muncul tiba-tiba jelang kampanye pemilu. Harusnya itu sudah disosialisasikan di tengah masyarakat lima tahun sebelumnya. Acap kali kita melihat partai baru justru mereka relatif last minute," jelas Emrus.
"Belum mengakar di masyarakat sehingga tidak asing partai tertentu tidak mendapat respon," lanjut Emrus.

Hal ini bisa dilihat dari perbandingan perolehan suara Gerindra dan dana kampanye yang dikeluarkan. Dikutip dari data yang sama, Gerindra hanya mengeluarkan dana sebesar Rp7,7i miliar untuk 200 kemunculan di televisi.

Namun, dengan ketokohan Ketua Umumnya, Prabowo Subianto, partai ini meraih suara pada Pileg 2019 sebanyak 17.594.839 suara (12,57 persen) dan meraih peringkat kedua.

Menurut Emrus, Gerindra adalah bukti pemilih yang memilih berdasarkan ketokohan. Berkaca dari kondisi ini, Emrus menyarankan agar partai mampu mengkombinasikan kampanye di sejumlah media, kampanye tatap muka langsung, kampanye di media arus utama, kampanye media sosial.
Hasil Pahit Bakar Duit Perindo untuk Kampanye di Tel [22 MAY]Perindo kerap menggunakan program sosial dan ekonomi untuk bersosialisasi, seperti peluncuran ambulans partai maupun gerobak UKM. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
"Seperti Barrack Obama (mantan Presiden AS) yang mengunjungi warganya. Dengan seorang warga dikunjungi dan diliput media, maka warga lainnya pun merasa dikunjungi secara psikologis," jelas Emrus.

Saat dikonfirmasi, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Perindo Ahmad Rofiq mengaku berbesar hati untuk menerima kenyataan tak lolos ke Senayan. Perindo juga akan melakukan evaluasi untuk persiapan Pemilu selanjutnya.

"Namun bila tidak sampai melampaui PT tentu Perindo berbesar hati untuk menerima realitas politik pada pemilu kali ini dan akan menjadikan modal politik berapapun besarnya untuk pemilu 2024," jelas dia.

Rofiq juga mengakui Perindo masih belum maksimal dalam melakukan sosialisasi dan pengenalan selama beberapa tahun terakhir. Ia optimistis Perindo bisa menembus ambang batas di pemilu selanjutnya.

"Perindo sangat menyadari bahwa selama 5 tahun belum cukup untuk membangun basis dukungan yang militan. Kami yakin dan percaya bila 5 tahun ke depan terus bergerak dan semakin intensif memperkuat basis dan menambah jaringan pendukung tentu akan membuat Perindo semakin optimal dan dapat menembus ambang batas yang telah ditentukan oleh undang-undang," tutup dia. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini