Andi Arief dan Prabowo Subianto. Foto: CNNIndonesia |
Ia memulai cuitannya dengan membela Ketua Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang dianggap sebagai pengkhianat lantaran intens berkomunikasi dengan kubu lawan, yakni kubu 01.
“Penghitungan suara berjenjang dari TPS, PPK, KPUD Kabupaten, KPUD Propinsi sampai final di KPU pusat itu apa hubungannya dengan AHY berkomunikasi dengan banyak tokoh untuk persatuan. Memangnya kalau AHY diam aja di rumah suara pilpres akan berubah?” kata Andi Arief, Jumat (17/5).
Mantan staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan bencana alam pada 2009 hingga 2014 itu lantas mengungkit Pilpres 2009.
Saat itu, Prabowo maju sebagai cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri. Namun pasangan yang dikenal Mega-Pro (Megawati-Prabowo) ini kalah dari pasangan SBY-Boediono.
“Tahun 2009, di saat Mega-Prabowo masih memprotes kecurangan pilpres hingga, saya yang mempertemukan Prabowo dan Pak SBY di Istana. Mereka berdua bicara persatuan, tidak ada deal politik. Apakah Prabowo penghianat?,” katanya.
Menurut Andi Arief, kekalahan itu memang menyakitkan. Tapi, kekalahan harusnya dijadikan ajang untuk instrospeksi diri.
“Kekalahan itu memang menyakitkan, apalagi berkali-kali,” imbuh Andi Arief.
“Kalau kita kalah, periksa diri sendiri kenapa bisa terjadi. Jangan-jangan memang kita tidak tahu bagaimana memenangkan pertempuran,” pungkas Andi Arief. (AS)