Prabowo Tampung Keluhan Petani Garam

Media Apakabar.com
Senin, 25 Februari 2019 - 16:13
kali dibaca
Doc: apakabar
Mediaapakabar.com-Ratusan petani berkeluh kesah alias mengeluh kepada calon presiden Prabowo Subianto. Pasalnya, serbuan impor jutaan ton garam dari luar negeri ke Indonesia. Mereka mengatakan kebijakan impor garam yang dilakukan jelang musim panen raya itu membunuh petani. 

Keluhan para petani garam itu disampaikan saat acara Dialog Kebangsaan Prabowo Subianto bersama Asosiasi Petani dan Nelayan se-Jawa Timur di Gor Mojopahit, Mojokerto Minggu (24/2/2019).

" 2019 itu ada 2,7 juta ton (impor garam) pak, jadi belum kita produksi kita sudah dihadapkan dengan impor pak," keluh seorang petani.

Para petani menegaskan bahwa produksi garam mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Mereka mengkritik pemerintah yang kerap mengambil jalan pintas untuk mengimpor garam dari pada mengoptimalkan produksi petani garam di dalam negeri.

" Bukan tidak ada garam di dalam negeri Pak, tapi kemandirian pemerintah untuk memproduksi garam sudah tidak ada, pemerintah sudah tergantun pada impor. Itu yang sangat kami sesalkan," sebut para petani. 

Mereka meminta Prabowo mengoptimalkan peran PT Garam selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam mewujudkan swasembada garam di Indonesia. Sebab, selama ini peran PT Garam direduksi oleh perusahaan swasta pengimpor garam.

"Selama ini PT Garam mau dihanguskan oleh presiden kita Pak. Gak ada yang namanya BUMN, adanya swasta pak. Jadi garam ini dikuasai kelompok tertentu," ujar mereka.  

" Bayangkan, harga impor sampai Surabaya sini harganya Rp 700,  mereka jual ke konsumen harganya Rp 3.000. Sudah untung Rp 2.300 mereka, tanpa mengeluarkan keringat. Sedangkan kita yang berkeringat ini tidak ada untungya. Kami hanya ingin bertahan agar petani garam ini tidak punah, Pak. Itu cita-cita kami," imbuh mereka.

Menanggapi keluhan tersebut, Prabowo memastikan saat dirinya dilantik sebagai presiden 2019-2024, ia akan mengambil langkah-langkah untuk melindungi para petani. Di antaranya menghentikan impor, memperbanyak subsidi, hingga memotong rantai distribusi perdagangan komoditas pangan.

"Saya tidak rela bila petani kita miskin, petani kita tidak sejahtera, sebab mereka adalah tulang punggung negara. Tidak ada negara merdeka dan berdaulat bila belum bisa mencukupi pangannya sendiri." (*/dani)
Share:
Komentar

Berita Terkini