Kisah Driver Online Awalnya Cuma Iseng yang Kini Bergaji Direktur

Admin
Jumat, 26 Oktober 2018 - 14:27
kali dibaca
Dari kedua dari kiri: Dian, Andri, dan Bob. Foto: Detikinet
Mediaapakabar.com - Ada pepatah dalam Bahasa Inggris yang berbunyi "Don't jugde a book by it's cover". Artinya, kita tidak boleh menilai sesuatu hanya dari luarnya saja.

Idiom tersebut mungkin cocok ditujukan kepada tiga orang pengemudi taksi online ini, tepatnya Grab. Pekerjaan mereka boleh menjadi driver, tapi siapa sangka jika pendapatannya bisa menyaingi direktur perusahaan.

Yang pertama bernama Bob. Ia sempat bekerja di sebuah perusahaan pelayaran selama 24 tahun sampai 2014 lalu. Di sana, ia menjabat sebagai manajer armada sepanjang periode 10 tahun terakhir.

Gajinya pun tidak bisa dibilang sedikit, yaitu Rp 12 juta per bulan. Per tahunnya, ada kenaikan dengan kisaran Rp 550 ribu sampai Rp 700 ribu. Walau demikian, ia mengaku nyaris tidak ada libur karena tuntutan pekerjaan.

"Awalnya iseng nge-Grab. Trus merasa kalo ini peluang sebagai pendapatan. Sekarang jalan dua tahun. Gaji saya sekarang lebih besar dari saat menjadi manajer armada," ujarnya saat ditemui dalam sebuah kesempatan di Jakarta.

Melansir Detik.com, selama bekerja di Grab, per harinya ia mengaku bisa mendapat Rp 700 ribu sampai Rp 1 juta, belum termasuk insentif Rp 400 ribu dan uang tip dari penumpang. Bob malah mengaku sekarang targetnya minimal bawa pulang Rp 1 juta tiap harinya.

"Saya kerja lima hari seminggu, sabtu minggu libur, tapi kalo suka saya narik. Sehari kadang 8 jam kadang 10 jam. Sebulan bisa Rp 20 juta. Gaji direktur tuh," ujarnya.

Selain Bob, ada juga Andri. Pria yang berdomisili di Sawangan, Depok, Jawa Barat ini pun rela meninggalkan pekerjaan lamanya untuk menjadi mitra pengemudi Grab.

"Saya pernah bekerja sebagai supervisor perusahaan otomotif. Awalnya juga iseng. Tiga hari saya nge-Grab, Jumat, Sabtu, Minggu, Senin saya resign. Itu atasan saya geleng-geleng semua," ucapnya.

Andri pun merasa itu keputusan yang tepat. Bagaimana tidak, ia mengklaim perbandingan pendapatan menjadi mitra pengemudi di Grab dengan pekerjaan terdahulunya itu bisa 6:1.

"Sebulan bisa dapat Rp 30 juta lebih. Per bulan itu saya jalanin 400 trip lebih. Kemarin saya ditawarin kerja, penghasilannya Rp 12 juta. Saya bilang itu sama seperti insentif saya. Itu di luar argo harian. Sekitar 1 juta sampai 1,5 juta saya bisa bawa pulang setiap hari," tuturnya.

Selanjutnya ada sosok perempuan bernama Dian, yang sebelumnya bekerja di bagian keuangan di sebuah perusahaan kargo. Awalnya, ia iseng mengobrol dengan kurirnya yang lebih dulu bekerja sebagai mitra pengemudi Grab.

"Dia cerita bisa punya mobil empat dari hasil nge-Grab. Pertama gambling, tapi akhirnya kredit mobil, coba sambil kerja sambil nge-Grab. Awalnya nge-Grab cuma buat cari ongkos ke kantor. Abis itu di kantor pikirannya nge-Grab terus, gak konsen," katanya.

"Saya tiga kali ditolak untuk resign. Akhirnya saya ngelepas itu semua di one month notice yang ketiga. Di kantor gajinya Rp 7 juta sekian sebulan. Di Grab saya bisa dapet 20 juta sebulan. Dengan insentif saja kebutuhan sebulan tercukupi," ujarnya menambahkan.

Sekadar informasi, mereka adalah pengemudi yang termasuk di kelas Elite Plus. Jika membuka aplikasi Grab, ketiganya merupakan para driver GrabCar Plus, yaitu layanan yang hanya berisikan pengemudi dengan rating lima bintang.

Tips Jadi Mitra Pengemudi Bergaji Direktur

Kalau melihat pencapaian ketiganya, mungkin tidak sedikit orang yang mengernyitkan dahinya seraya berkata "Kok bisa?". Ya, tips mereka sehingga bisa meraup pendapatan sebesar itu dari hasil 'narik' di Grab tentu patut disimak, terutama bagi sesama driver taksi online.

"Bangun pagi. Pagi itu cari duit supaya ke depannya santai. Di Jakarta itu lumbung order. Cari 16 order untuk amankan insentif itu gampang di Jakarta. Saya hampir dua tahun ini mainnya di pluit. Di sana itu ada empat mall gede-gede. Sehari sedikitnya 17 trip. Kalau lagi ada tenaga bisa 35 sampai 40 trip," ujar Bob.

Hal senada juga diungkapkan oleh Dian. Menurutnya, kalau bangun dari Subuh, maka saat waktu menunjukkan pukul 15.00, ia sudah bisa mengamankan insentif harian, atau dikenal dengan istilah tupo (tutup poin).

Sekadar informasi, Grab memberlakukan pemberian insentif sebesar Rp 400 ribu kepada mitra pengemudi yang berhasil mencatatkan minimal 16 perjalanan per hari sebelum pukul 22.00. Insentif diberikan setiap pagi di hari berikutnya.

Sedangkan bagi Andri, manajemen waktu jadi penting. Ia pun mengaku membawa persediaan mulai dari nasi, roti, makanan ringan, sampai kopi agar bisa mengisi perut sembari menjemput penumpang.

"Kuncinya bisa ikhlas dan bersyukur. Jalannya pun jadi enak, kita jadi mengalir aja. Jadi jangan pernah mengeluh. Awalnya satu, order-an jangan pernah ditolak. Karena itu rezeki yang sudah diberikan. Jangan pernah memilih. Apa yang sudah Grab kasih ambil saja," katanya.

"Satu tips lagi buat temen-temen, bawa kompresor di mobil. Mobil saya itu udah kayak bengkel jadinya. Kunci, dongkrak buaya, dan kompresor portable. Saya udah gak pernah pusing. Tambal ban tubeless ada, jumper ada. Jadi nge-trip aman," tutur Andri menambahkan. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini