56 Siswa SMP Pekanbaru Sayat Tangan Usai Konsumsi Minuman, Ini Komentar KPAI

Admin
Selasa, 02 Oktober 2018 - 10:39
kali dibaca
Ilustrasi
Mediaapakabar.com - Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto ikut berkomentar ihwal kejadian 56 Puluhan siswa SMP di Pekanbaru, Riau yang ketahuan menyiksa diri sendiri dengan cara menyayat tangan dengan benda tajam. Mereka lakukan itu setelah meminum berenergi karena terpengaruh usai menontonnya di media sosial yang beredar di internet.

''Kami menyayangkan atas kejadian ini. Siswa harus selektif mengakses informasi di internet. Hindari mengakses konten-konten yang negatif karena bisa mempengaruhi cara berfikir dan berperilaku,'' kata Susanto sebagaimana dilansir dari Okezone, Selasa (2/10/2018).

Menurut dia, pelarangan menggunakan internet terhadap anak di bawah umur sangat susah dilakukan, sebab kini banyak sekali media yang bisa dijadikan alat untuk mereka mengakses dunia maya. Ia meminta kepada seluruh anak di Indonesia untuk mencoba hal aneh-aneh yang ada di internet.

''Kita saat ini memang tak bisa menghindari internet tapi harus selektif. Kami mengimbau kepada anak Indonesia jangan mudah meniru apa yang ada dalam Youtube, medsos atau media lain,” jelasnya.

Ia berharap Badan Narkotika Nasional (BNN) tingkat kabupaten dan kota aktif memberikan bimbingan dan deteksi dini agar anak usia sekolah tidak terpapar penyalahgunaan narkoba. Sebab penggunaan barang haram itu akan merusakak masa depan anak.

''Selama ini KPAI terus memaksimalkan advokasi kepada stakeholders pendidikan agar sekolah memaksimalkan literasi internet. Karena ini merupakan urgensi,'' jelasnya.

Sebelumnya sebanyak 56 anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kota Pekanbaru, nekat menyayat tangannya sendiri.

Dari hasil tes urin yang dilakukan, mereka positif mengkonsumsi minuman yang mengandung zat Benzo.

Hal itu dibenarkan oleh Kepala BNN Kota Pekanbaru, AKBP Sukito. Ia menyebut, terungkapnya peristiwa itu bermula ketika, pihaknya menjadi pembina upacara di sekolah tersebut Minggu lalu.

"Kita lagi ada kegiatan di sekolah, jadi pembina upacara. Tiba-tiba kepala sekolahnya menyampaikan ada semacam kecurigaan terhadap muridnya, kenapa kok muridnya banyak yang menyayat tangannya itu. Itu ada bekas luka garis gitulah pakai kaca," ungkapnya, Jumat (28/9).

Awalnya, kepala sekolah mengira kalau muridnya tersebut mengkonsumsi narkoba. Menanggapi kekhawatiran itu, BNN kemudian melakukan assessment.

"Setelah itu kita turun kesana, kita lakukan assessment. Setelah diinterogasi mereka enggak narkoba. Setelah telusuri mereka menyebutkan minuman itu (Torpedo)," katanya.

Dari hasil penelusuran pula, diketahui kalau sebagian besar murid di sekolah tersebut mengkonsumsi minuman dengan kemasan warna oranye yang harganya hanya Rp 1.000 saja.

"Kami tanya, kamu berapa kali, ada yang bilang tiga sampai empat kali. Rasanya segar, cuma kalau enggak minum ada kurang, ketagihan. Pengakuan murid itu," bebernya.

Dari pengakuan para murid tersebut, akhirnya BNN melakukan tes urine ke para murid di sekolah itu.

"Assessment kita ada 56 orang. Tapi yang minum sebagian besar. Setelah lakukan pengecekan dengan alat, ternyata mereka yang mengkonsumsi lebih dari dua ada indikasi positif benzo (zat anastesi atau bius) tidak terasa sakit. Makanya disayat tangannya tidak terasa sakit," kata dia.

Minuman itu ternyata dijual bebas di sekolah itu. Bahkan, minuman itu mudah didapatkan di tiap warung internet (warnet).

Sementara itu, menurut pengakuan para bocah tersebut, mereka nekat menyakiti diri sendiri setelah menonton sebuah video di YouTube.

"Tujuan menyayat karena melihat YouTube. Dicoba mungkin karena konsumsi itu rasa sakitnya kurang," ujarnya. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini