Setiap Hasil Lembaga Survei Pasti Berbeda

Media Apakabar.com
Rabu, 10 April 2019 - 13:05
kali dibaca
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Reno Esnir/Asf/Spt/15)
Mediaapakabar.com-Direktur Eksekutif Voxpol Centre Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menjelaskan soal perbedaan hasil sejumlah lembaga survei terkait Pilpres 2019.

Berdasarkan hasil survei Voxpol terbaru, terdapat selisih sekitar lima persen elektabilitas yang diperoleh capres petahana Joko Widodo dengan lawannya, Prabowo Subianto.

Jokowi memperoleh elektabilitas sebesar 48,8 persen, sedangkan Prabowo 43,3 persen. Sementara hasil lembaga survei lain, umumnya terdapat selisih di atas 10 persen di antara kedua paslon.

"Ada beberapa faktor yang memengaruhi perbedaan hasil ini. Salah satunya momentum waktu," ucap Pangi saat ditemui di kawasan Cikini, Jakarta seperti mengutip CNNIndonesia.com Rabu (10/4/2019).

Momentum waktu yang dimaksud adalah pengambilan sampel responden survei tersebut. Voxpol melakukan survei pada 18 Maret hingga 1 April 2019 yang jaraknya lebih dekat dengan hari pemungutan suara pada 17 April mendatang.

" Mungkin momentum waktu. Kalau mereka (lembaga survei lain) ambil sebulan lalu, kami terbaru sudah 1 April."

Selain itu, faktor pengambilan sampel data juga sangat berpengaruh. Pangi mengatakan lembaga survei umumnya memiliki metode pengambilan data responden yang sama yakni dengan metode acak bertingkat. Namun, dalam proses pengacakan sampel yang dipilih bisa jadi berbeda dan akan berpengaruh pada hasil survei.

" Mungkin acak datanya berpengaruh. Desa, kelurahan, yang diambil tentu beda." 
Voxpol sendiri menurut Pangi mengambil sekitar 160 kelurahan/desa dari seluruh Indonesia yang diambil secara acak untuk menjadi sampel. Dari kelurahan/desa tersebut diambil masing-masing 10 responden.

Kemudian di tingkat RT, responden diambil secara acak lima RT di tiap kelurahan/desa. Dari pengambilan responden tersebut, diambil lagi secara acak dua kepala keluarga dari tiap RT.

Faktor yang tak kalah penting, lanjut Pangi, adalah keberadaan undecided voters atau orang yang belum memutuskan pilihan. Dalam survei Voxpol, terdapat 7,9 persen responden yang belum memutuskan pilihannya dalam Pilpres 2019.

" Untuk undecided itu memang susah karena masih disembunyikan. Ada juga yang setelah (dibujuk) mau. Itu pengaruh juga."

Pangi mengatakan metode pertanyaan yang ditujukan pada responden juga akan memengaruhi hasil akhir survei. Selama ini pihaknya selalu menggunakan metode wawancara tatap muka dengan responden. Sementara ada pula lembaga survei yang menggunakan metode pertanyaan dengan kuesioner.

"Ya, memang yang penting sebenarnya metodologi, karena kan ini bukan asumsi, tapi pakai ukuran. Misal ada yang pakai pertanyaan kuesioner, tapi kadang (pertanyaan) kuesioner kan suka tidak objektif juga."

Pangi menuturkan hal yang membedakan hasil survei miliknya dengan lembaga lain adalah proses quality control atau verifikasi survei sebesar 20 persen dari 1.600 responden.

Cara ini dilakukan dengan mendatangi kembali responden dan mengonfirmasi ulang pilihannya atau disebut dengan hot spot checking.

" Harus dicek kembali, apakah ada masalah, ada yang patut dicurigai atau tidak, karena mood orang itu kan suka berubah. Itu yang kadang tak bisa dilihat."  (zih)


Share:
Komentar

Berita Terkini