Polisi Selidiki Aktor Intelektual yang Menyebarkan Fatwa Kiamat Sudah Dekat di Ponorogo

Admin
Jumat, 15 Maret 2019 - 09:25
kali dibaca
Spanduk Akhir Zaman yang bikin geger. Foto: Pojoksatu.id
Mediaapakabar.com - Aparat kepolisian terus menyelidiki penyebar hoaks fatwa kiamat sudah dekat yang mendoktrin puluhan warga Ponorogo. Untuk sementara pelaku penyebaran melalui pesan WhatsApp itu tengah diidentifikasi.

"Masih kita dalami terus," ungkap Kapolres Batu AKBP Budi Hermanto di Ponpes Miftahul Fallahil Mubtadin Desa Sukosari, Kasembon, Kabupaten Malang, Jumat (15/3).

Budi mengaku pihaknya tengah mengidentifikasi pelaku pengirim pesan berantai yang kemudian mengundang keresahan di masyarakat itu. Yakni dengan menghimpun keterangan para jemaah Thoriqoh Akmaliyah As- Sholihiyah atau MUSA AS dari Ponorogo.

"Masih terus diidentifikasi, kami juga menggali keterangan dari sejumlah jemaah yang ada di pondok. Langkah ini dilakukan bersama Polres Ponorogo yang juga datang langsung meminta keterangan jemaah," imbuh Budi.

Pengasuh ponpes M Romli justru mengetahui siapa sosok yang menyebarkan fitnah terhadap dirinya dan juga pondok pesantren yang dipimpinnya itu.

"Saya tahu, dan identitasnya juga asal situ," kata Romli seperti yang dikutip Detik.com.

Romli menegaskan, apa yang diajarkan selama ini menjadi konsumsi internal jemaah sebagai pengikut Thoriqoh Akmaliyah.

Ia menduga ada pihak yang tidak senang karena acara triwulanan menyongsong meteor yang ia gelar semakin banyak mengundang jemaah.

"Ini internal sebenarnya, mengapa sampai semua pada tahu. Saya juga kaget. Ini fitnah keji, jemaah triwulanan tahun ini memang lebih banyak, apa itu penyebabnya, karena tidak suka saya," tambahnya.

Akibat fitnah itu, Romli mengaku telah meminta para jemaah untuk pulang kembali ke kampung halamannya. Karena sudah menjual aset-aset yang dimiliki. Romli meminta pulang tanpa harus pamit, karena sudah menyakiti dirinya selaku mursyid atau guru thoriqoh.

"Saya minta mereka pulang, jangan pamit. Ada sekitar 12 santri (anak-anak) dijemput orang tuanya untuk pulang. Silakan kata saya. Ratusan lain, tidak diberi uang makan agar pergi dari sini. Saya sudah difitnah, katanya saya sesat. Saya sakit mendengar ini," pungkas Romli.

Isu kiamat sudah dekat mencuat setelah kabar pindahnya 52 warga Dukuh Krajan, Desa Batubonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo ke ponpes tersebut.

Kepergian mereka diduga setelah mendapat ajaran Thoriqoh Musa dari Khotimun yang diketahui sebagai salah satu santri dan jemaah dari ponpes Miftahul Falahil Mubtadin. Seperti diterangkan dalam rilis yang dikeluarkan pihak Kecamatan Badegan.

"Pada awalnya mereka dipengaruhi atau diajak oleh saudara Khotimun, warga Dukuh Krajan, Desa Watubonang yang merupakan jemaah santri di sana, yang memberikan fatwa kepada jemaah (52 warga yang minggat ke Malang)," kata Camat Badegan, Ringga Dh Irawan, Rabu (13/3). (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini