Ajaran Sesat Potong Tangan Anak Iringi Isu Kiamat Sudah Dekat

Admin
Kamis, 14 Maret 2019 - 08:56
kali dibaca
Kapolres Batu, AKBP Budi Hermanto bersama MUI dan pihak Ponpes menepis isu kiamat Ponorogo. (Radar Malang)
Mediaapakabar.com Puluhan warga Ponorogo berbondong-bondong pindah ke Malang Jawa Timur karena percaya kiamat sudah dekat. 

Isu potong tangan anak untuk dijadikan santapan pun mengiringi pengungsi kiamat Ponorogo Jawa Timur.

Selain isu potong tangan anak, beredar informasi yang menyebutkan bahwa Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Falahi Mubtadin’ (MFM) Malang mengajarkan beberapa hal yang dianggap melenceng dadi Alquran dan hadits.
Ponpes MFM dijadikan sebagai tempat para pengungsi kiamat Ponorogo. Mereka percaya akan selamat jika mengungsi ke tempat ini.
Ponpes MFM pun dianggap memberikan doktrin yang tidak sesuai dengan Alquran dan sunnah, mulai dari isu kiamat sudah dekat, soal perang hingga kemarau panjang.
Beredar pula indormasi bahwa jamaah diminta menjual semua aset dan menyetor ke pondok. Ada pula info soal senjata tajam berupa golok yang dijual seharga Rp 1 juta untuk kepentingan perang.
Bahkan, yang paling mengerikan adalah isu anak-anak diharuskan memotong tangan adiknya untuk menjadi santapan makanan.
Isu menyesatkan itu langsung disikapi Muspika Kasembon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Mereka menggelar pertemuan untuk membahas masalah tersebut.
Setelah pertemuan, mereka memberikan keterangan pers untuk menepis isu yang menggemparkan masyarakat Ponorogo dan Malang tersebut.
MUI, KUA, dan MWC NU Kasembon serta pimpinan Pondok Pesantren Miftahul Falahi Mubtadin’ (MFM) kompak menyatakan bahwa isu yang viral di media sosial itu tidak benar alias hoax.
“Dari isu yang beredar di kalangan masyarakat mengenai ajaran di pondok pesantren tersebut kita mengklarifikasi, dengan menepis isu–isu tersebut,” ujar Kapolres Batu, AKBP Budi Hermanto saat menggelar konferensi pers di Polres Batu, seperti yang dilansir Radar Malang, Rabu petang (13/3/2019).
Budi menyatakan, informasi-informasi yang telah beredar tersebut sangat meresahkan dan menimbulkan ketakutan di masyarakat, bahkan di lingkungan ponpes lainnya.
“Yang paling mengerikan adalah anak-anak kelas 5 SD, di saat musim paceklik dia akan memotong tangan adiknya untuk dijadikan santapan makanan. Ini kan sesuatu informasi yang sangat menimbulkan ketakutan di masyarakat,” imbuhnya.
Di balik hoax tersebut, pihak kepolisian tetap melakukan proses penyelidikan terkait penyebar informasi yang menyebabkan kerancuan di masyarakat.
“Proses penyelidikan akan dilakukan secara internal dari jajaran kepolisian. Kita akan melihat dari sisi siapa yang menyebar informasi ini sehingga bisa rancu di masyarakat,” katanya.
“Dan ini juga merugikan ponpes sendiri. Yang jelas kita informasikan klarifikasi di awal ini agar isu yang beredar tidak semakin melebar,” pungkas kapolres. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini