 |
| Ist |
“Pertama yang harus saya benahi adalah jajaran personel di DitLantas. Bagaimana kita mau menjadi lebih baik di mata masyarakat sedangkan jajaran personel kita belum dibenahi untuk menjadi lebih baik lagi,”ujarnya pada Jumat (18/1/2019).
Ia mengatakan untuk melakukan pembenahan dirinya dan personel menjadi lebih baik dan dicintai masyarakat, pihaknya membuat buku saku sebagai pedoman bagi personel DitLantas Polda Sumut.
Buku saku itu, sambungnya berisi tentang Tribrata, Catur Prasetya.
“Buku saku itu sudah kita bagikan ke anggota dan setiap personel bukunya berbeda-beda. Untuk yang Islam, ada Asmaul Husna, Kristen ada doa-doa, sedangkan untuk yang Hindu dan Budha juga ada.
" Jadi dengan buku saku ini, mereka bisa mengingat tugas mereka dan Sang Khalik,”terangnya.
Ia pun menyatakan, buku itu harus tetap dibawa karena setiap apel pagi, semua personel wajib membacakan Tribrata dan Catur Prasetya.
Sambungnya, biar personel yang mau memberikan pelayanan ke masyarakat benar-benar tulus dan tidak main-main.
“Nah, fungsi dari buku saku ini juga untuk mengurangi permasalahan yang dihadapi sebelum mereka bertugas,”katanya.
Ia mengaku melakukan hal ini dikarenakan kinerjanya tergantung dari kinerja personel DitLantas Polda Sumut.
“Maka dari itu, kita bina dulu mereka untuk menjadi lebih baik. Karena, kalau mereka baik, baik jugalah kita,”ujarnya. Itu yang menjadi dasar dirinya kenapa dirinya takut dengan doa orang yang teraniaya.
“Sudah jelas kalau personel tidak bagus, pasti disumpahi dan didoain masyarakat yang jelek-jelek. Dan itu pasti berdampak ke kita. Itulah pertama yang harus saya benahi saat duduk di sini,”katanya.
Masih dikatakan pria dengan melati tiga dipundaknya ini, dirinya selalu berusaha membaur kepada personel DitLantas Polda Sumut.
Meskipun ia pimpinan, tapi pria bertinggi badan 181 Cm ini selalu berusaha mendekatkan diri dengan anggota dan mencari solusi untuk menjadi lebih baik lagi.
“Prestasi saya tergantung anak buah. Makanya saya takut disumpah sama anak buah,”ujarnya. (*/zih)
.jpeg)
