Bercanda Hina Fisik Dikategorikan 'Verbal Bullying'

Media Apakabar.com
Rabu, 19 Desember 2018 - 14:30
kali dibaca
foto:ist
Mediaapakabar.com-Bercanda dengan menghina fisik terkadang menjadi hal biasa dikalangan anak sekolah.Namun beberapa dari mereka terkadang lupa akan batas bercanda dan menghina.Menghina dan merendahkan dengan maksud bercanda ternyata termasuk salah satu dari Bullying.

Pasalnya,Bona Sardo,Psikolog dari Universitas Indonesia menyatakan bahwa bercanda dan menghina sangat sulit dibedakan karena persepsi seseorang berbeda.

Demikian SoniaMarimbunna,Mahasiswi STIKOM London School of PublicRelations dalam tulisan yang disampaikan ke redaksi Mediaapakabar.com pada Selasa (18/12/2018).

Dalam tulisannya,dilansir dari berbagai sumber antara lain,Yayasan Sejiwa melakukan penelitian pada 2008 tentang kekerasan bullying di tiga kota besar di Indonesia,yaitu Yogyakarta,Surabaya,dan Jakarta. Mereka mencatat  tingkat kekerasan yang terjadi sebesar 67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Untuk tingkat SMA kategori tertinggi bullying adalah kekerasan psikologis atau pengucilan. Di peringkat kedua adalah kekerasan verbal (mengejek) dan kekerasan fisik (memukul).KOMNAS PA (Komisi Nasional Perlindungan Anak mengatakan angka kekerasan bullying di 2011 memperlihatkan peningkatan yang mengkhawatirkan.

Jumlah pengaduan yang masuk pada 2011 mencapai 98 persen.Sementara Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter 2014 menyebut, hampir setiap sekolah di Indonesia terdapat bullying.

Susanto, selaku ketua Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter menilai Indonesia sudah masuk kategori “Darurat Bullying di Sekolah”. Hal ini menunjukkan presentase Bullying di Indonesia banyak.

Christopher John Hunt, psikolog klinis University of Sydney, banyak tidak sadar bahwa mereka sudah melewati batas dalam bercanda namun mereka tidak mengetahuinya. Akhirnya mereka malah menyinggung perasaan yang dicandai itu.

Hal ini semakin memprihatinkan ketika seseorang yang dicandai dengan hinaan atau ejekkan itu ternyata merasa terhina dan tetap berusaha untuk tertawa.

" Hal inilah yang dapat dikatakan Bullying. Atau lebih tepatnya adalah Verbal Bullying," sebut Sonia.Penulis internasional tentang bullying yakni Barbara Coloroso menyatakan bahwa Bullying dapat dibedakan menjadi 4 jenis.

Yaitu bullying fisik, bullying verbal, bullying relasional dan bullying secara elektronik. " Verbal Bullying sendiri adalah penindasan yang dilakukan melalui perkataan seperti menghina atau menggoda untuk mendapatkan kekuatan dari teman sekitarnya," ujarnya.Menurutnya, berdasar survey yang dilakukan melalui kuisioner ditujukan kepada para lelaki 15-25 tahun, lebih 70% dari 65 responden mengaku bahwa mereka pernah dihina oleh teman perempuannya dan merasa tersinggung karenanya.

Walau begitu, sebagian besar lelaki lebih memilih untuk diam atau membiarkan teman perempuannya menghina mereka.Dari wawancara yang dilakukannya, jika mereka (para lelaki) dipukul perempuan, tidak membalas.

Karena sebagian besar, mengaku bahwa mereka takut dikatakan melakukan kekerasan terhadap perempuan."Ya mau gimana lagi? Kalau dibalas nanti dibilang melakukan kekerasan terhadap wanita lagi." kata para lelaki yang ditemuinya.

Disebutkan, kita sering mendengar apapun yang terjadi, lelaki tidak boleh memukul perempuan. Namun pernahkah kita mendengar perempuan tidak boleh memukul lelaki.Hal ini menunjukkan bahwa larangan lelaki untuk memukul perempuan itu sangat kuat di lingkungan social.

Tetapi larangan perempuan untuk memukul lelaki  masih kurang.Karena 64,1% dari responden yang didatangi olehnya menjawab biasa saja ketika melihat seorang perempuan memukul lelaki.

Kasus perempuan melakukan kekerasan fisik mungkin jarang terdengar, karena perempuan biasanya melakukan kekerasan dengan perkataannya.Tak banyak lelaki membiarkan hal tersebut dan tidak melaporkan, karena bekas luka yang diberikan perempuan tidak memberikan bukti.

Hanya perkataan buruk menyakiti perasaan, bukan kulit yang dapat terlihat lukanya.Untuk menanggapi hal ini, Psikolog klinis Liza Marielly Djaprie juga menyatakan bahwa Verbal Bullying tanpa disadari sering dilakukan perempuan.

Penindasan dengan kata-kata ternyata memberikan efek dahsyat dibandingan dengan penindasan secara fisik.Perempuan melakukan verbal bullying sebagai teknik sosial untuk mendominasi atau memperlihatkan kelebihan serta kekuatannya.

Namun tak jarang laki-laki melakukan hal yang sama untuk memperlihatkan kekuatannya.Selain itu, Sonia dalam tulisannya menyebut telah melakukan survey untuk mengetahui tanggapan masyarakat mengenai lelaki memiliki gaya bicara atau gaya berpakaian seperti perempuan, Tak sedikit dari mereka bahkan setuju kepada para perempuan yang menghina lelaki itu banci.

Responden para lelaki bahkan setuju bahwa lebih baik lelaki diejek atau dihina banci supaya dia sadar."Mungkin maksudnya baik karena menginginkan laki-laki itu merubah sikapnya, namun menghinanya banci bukanlah solusi.

Bukan hanya wanita, tetapi laki-laki juga harus menyadari bahwa hal ini termasuk verbal bullying," jelasnya.Diakhir tulisannya, Sonia menyatakan bahwa harapan untuk mengurangi adanya Bullying sangat besar bagi warga Indonesia terutama untuk para anak yang berada di Sekolah Menengah Atas karena angka kasus bullying masih begitu besar.

" Bercanda dan menghina juga harus lebih diperhatikan lagi Apakah kita bercanda masih dalam batas wajar?," pungkasnya. (Sonia Marimbunna- Mahasiswi STIKOM London School of Public Relations)
Share:
Komentar

Berita Terkini