foto: apakabar/rizal |
Salah seorang warga bernama I S Pandia ketika ditemui wartawan mengatakan, sampai kapan pun mereka tidak bisa diam kalau jalan tembus Karo- Langkat belum diaspal.
" Entah apapun alasannya tidak setuju atas pengaspalan jalan tembus Karo-Langkat ini, padahal kalau sudah jadi nanti jalan ini diaspal, seandainya nanti masyarakat kabupaten karo ini mau ke Binjai ataupun ke Stabat, kalau kita bandingkan perbedaannya antara melewati arah Medan , selisihnya bisa mencapai 3 jam," ujarnya.
foto: apakabar/rizal |
Bahkan masyarakat Karo dan Langkat memohon kepada DPRD Sumatra Utara agar bisa membantu pembangunan jalur alternatif tersebut bisa secepatnya terealisasi.
Terpisah salah satu pemerhati pembangunan jalur alternatif Karo - Langkat Robert Tarigan (48 ) ketika disambangi mediaapakabar.com di depan Kantor DPRD Karo mengatakan entah mengapa warga di seputaran Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), baik di provinsi Sumatera Utara maupun di Nanggroe Aceh Darussalam terkesan kurang diperhatikan dan pembangunannya minim.
" Padahal Belanda dan Jepang saat masa penjajahan dikenal sangat kejam masih memprioritaskan pembangunan dan pembukaan jalan baru," ungkapnya. (rizal)