Ini Penyebab Posisi Investasi Indonesia Turun Peringkat

Admin
Rabu, 26 September 2018 - 10:32
kali dibaca
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Ist
Mediaapakabar.com - Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia mengalami penurunan net kewajiban pada kuartal II 2018 karena berkurangnya posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN).

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pada kuartal II 2018, PII Indonesia mencatatkan net kewajiban USD 305,6 miliar atau 29,3 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Angka ini lebih rendah dibandingkan posisi net kewajiban pada akhir kuartal I 2018 sebesar USD 325,6 miliar atau 31,5 persen terhadap PDB.

Berkurangnya net kewajiban tersebut karena  posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang juga menurun. Posisi KFLN Indonesia yang lebih rendah ini dipengaruhi penurunan nilai instrumen finansial domestik.

Melansir Kumparan.com, BI mencatat, pada akhir kuartal II 2018, posisi KFLN turun 3,9 persen (qtq) atau USD 26,1 miliar menjadi USD 639,7 miliar. Penurunan posisi KFLN terjadi terutama pada komponen investasi langsung dan investasi portofolio.

Penurunan tersebut dipengaruhi turunnya nilai instrumen investasi berdenominasi rupiah, sejalan dengan turunnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan dipengaruhi pula oleh penguatan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, posisi net kewajiban yang menurun sebenarnya bagus. Hal ini disebabkan selama setahun terakhir asing memang banyak yang menarik investasinya dari indonesia, sementara investasi baru tidak banyak yang masuk.

"Dari sudut pandang kewajiban yang menurun bagus, tapi penyebab turunnya kewajiban yang kurang bagus. Kalau turunnya kewajiban karena peningkatan investasi kita di luar negeri, akan lebih bagus. Turunnya kewajiban karena turunnya investasi asing itu tidak bagus," ujar Piter kepada kumparan, Rabu (26/9).

Posisi investasi internasional itu, lanjut Piter, membandingkan berapa investasi Indonesia di luar negeri dan berapa investasi asing di dalam negeri.

"Selama ini seperti diketahui kita tidak banyak investasi di luar negeri, asing yang lebih banyak investasi di Indonesia. Akibatnya kewajiban finansial luar negeri kita sangat besar," jelasnya.

Bank Indonesia (BI) juga mencatat, posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) Indonesia juga turun pada akhir kuartal II 2018 sebesar 1,8 persen (qtq) atau USD 6,1 miliar menjadi USD 334,1 miliar.

Hal ini terutama karena transaksi pelepasan AFLN dalam bentuk investasi lainnya dan cadangan devisa.

Penurunan posisi AFLN pada akhir periode laporan juga dipengaruhi oleh faktor perubahan lainnya seperti revaluasi negatif atas AFLN dalam denominasi non dolar AS sejalan dengan penguatan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia.

Bank sentral memandang, perkembangan PII Indonesia pada kuartal II 2018 masih tetap sehat. Meski demikian, BI tetap mewaspadai risiko net kewajiban PII terhadap perekonomian.

"Ke depan, BI meyakini kinerja PII Indonesia akan semakin baik sejalan dengan terjaganya stabilitas perekonomian dan berlanjutnya pemulihan ekonomi Indonesia didukung oleh konsistensi dan sinergi bauran kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan reformasi struktural," jelas laporan tersebut. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini