Didera Demo Para Driver, Ini Kata Bos Grab Indonesia

Media Apakabar.com
Selasa, 25 September 2018 - 16:26
kali dibaca
foto: Ist
Mediaapakabar.com-Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata memaparkan, untuk driver roda empat yang menggelar demo penyebabnya adalah terkait aksi suspend atau black list yang gencar dilakukan Grab terhadap para driver nakal.  

Tak sedikit driver yang kena aksi bersih-bersih ini hingga akhirnya mereka turun ke jalan untuk unjuk rasa, bisa mencapai 200-300 driver. Namun Grab tak gentar dan tetap menutup pintu untuk menerima driver nakal tersebut.  

" Tuntutan mereka (driver roda empat yang demo-red.) intinya adalah buka suspend tanpa syarat. Kedua, verifikasi wajah ditangguhkan dulu. Nah, ini tanda-tanda fraudster, orang yang melakukan kecurangan. Kita memang terus memperbaiki sistem agar lebih ketat, salah satunya sampai harus verifikasi wajah driver," ungkap Ridzki, sebagaimana dilansir dari detikcom pada Selasa (25/09/2018). 

Disebutkan, yang datang memang kelihatan ramai, 200-300 orang ke kantor Grab bikin macet dan teriak-teriak, tetapi jika dibandingkan dengan total driver Grab itu gak ada apa-apanya.  


Grab sendiri di Indonesia total memiliki jutaan mitra driver, dengan ratusan ribu diantaranya beroperasi di Jakarta yang terdiri dari driver roda dua dan roda empat. 

Lantaran temuan aksi kecurangan yang dilakukan para driver roda empat tersebut, Grab memilih untuk bersikap tegas dengan memasukkan mereka ke 'daftar hitam' ketimbang untuk menerimanya kembali. 

" Jadi ini orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk roda empat, kita gak bisa dong memenuhi tuntutan mereka, karena sama saja saya mengkhianati penumpang, karena kualitas driver Grab akan turun. Termasuk saya sama saja mengkhianati driver Grab lain yang sudah bekerja dengan jujur dan baik tetapi dibandingkan dengan driver nakal," tegas Ridzki.

Naikkan Tarif Dua Kali Lipat! 

Selain driver roda empat, Grab pun tak luput dari serbuan demo driver roda dua. Tapi kasus ini, latar belakangnya berbeda. 

Ridzki bahkan dengan lantang menyebut inisiator demo driver roda dua itu lebay! Terlebih saat ini masuk tahun politik. Inisiatornya disebut bukan driver murni, cuma tercatat sebagai driver tetapi tak pernah menggunakan kesempatan itu untuk mengejar pesanan penumpang dalam kesehariannya. 


Padahal kenaikan tarif ini, lanjut Ridzki, justru malah akan menjadi bumerang bagi driver. Sebab, penumpang tak akan ada yang mau menggunakan jasa mereka, ujung-ujungnya pendapatan driver bakal turun drastis.

"Kita sudah coba, misalkan naikkan tarif 15% itu pendapatan driver pada turun. Tetapi kita coba menyiasatinya dengan bantuan teknologi, misalkan ketika ada demand tinggi baru kita naikkan lalu ada auto location, mapping dan lainnya. Jadi kita melakukan kenaikan pendapatannya dari situ GrabFood, GrabExpress dan sebagainya," Ridzki menambahkan. 

Hanya saja, pihak Grab mengakui jika topik yang 'digoreng' para inisiator demo itu memang sangat menarik bagi publik, media dan driver itu sendiri. Pun begitu, Grab coba meng-counter-nya dengan melakukan edukasi kepada driver, dan hasilnya pun dianggap signifikan. 

Dimana driver yang ikut demo awalnya mencapai ribuan, bahkan bakal mau besar-besaran ketika pembukaan Asian Games. Tetapi sekarang banyak yang diklaim pada meninggalkan grup pendemo (left grup) tersebut. 

" Untuk yang dua roda, saya juga gak bisa memenuhinya karena justru akan merugikan driver itu sendiri. Saya pernah ngomong ke pendemo, 'Kamu mau tanggung jawab kalau saya naikkan tarif dua kali lipat dan berdampak ke pendapatan driver turun.  


Lalu dia bilang, saya gak mau tahu, yang penting naikkan tarif. Dan dia mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang melanggar hukum, yaitu Go-Jek akan naikkan tarif kalau Grab naikkan tarif, itu sebetulnya melanggar hukum, KPPU akan mempermasalahkan itu sebagai kartel," jelasnya.

Isu lain yang juga sempat dilontarkan pendemo adalah soal revenue sharing 20% untuk Grab dan 80% untuk driver. " Sekali lagi, padahal mereka dapat 80% dan uang itu kita buat investasi lagi buat teknologi, man power dan jujur saja perusahaan pasti ingin hidup secara bisnis," pungkasnya. (*/Daniel)
Share:
Komentar

Berita Terkini