Begini Kondisi Terbaru Pasha Ungu dan Istri Setelah Gempa dan Tsunami di Palu

Admin
Minggu, 30 September 2018 - 16:16
kali dibaca
Dampak tsunami Palu. Foto: Istimewa
Mediaapakabar.com - Gempa dan tsunami menjadi kado pahit hari ulang tahun (HUT) ke-40 Kota Palu. Bencana alam menerjang hanya sehari setelah perayaan HUT Palu.

Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) ini genap berusia 40 tahun pada 27 September 2018. Puncak peringatan hari jadi dilaksanakan di lapangan kantor walikota Palu pada Kamis (27/9).

Sebelum upacara dimulai, dilakukan prosesi adat Mopanga Sambulu. Selanjutnya, sekitar 100 pelajar mempersembahkan kesenian musik tradisional Pakarosada.

“Upacara peringatan hari ulang tahun kota palu yang ke-40 yang dilaksanakan dihalaman kantor pemerintah kota palu dan dirangkaikan dengan pengibaran bendera kebesaran 34 provinsi se-Indonesia di lapangan alun-alun vatulemo sebagai bentuk penguatan dalam perwujudan Bhinneka tunggal Ika dari palu untuk Indonesia,” tulis Wakil Walikta Palu, Sigit Purnomo alias Pasha Ungu di Instagram pribadinya, Kamis 27/9/2018).

Selain melaksanakan upacara, perayaan HUT Kota Palu juga dimeriahkan dengan Festival Pesona Palu Nomoni 3 yang direncanakan berlangsung pada 28 – 30 September 2018. Festival tersebut telah dibuka pada Kamis malam.

“Assalamualaikum Indonesia. Sekarang kita berada di persis di panggung Palu Nomoni. Ada acara apa malam ini?,” tanya Pasha Ungu kepada Walikota Palu, Hidayat.

“Pembukaan Pesona Palu Nomoni 3 Tahun 2018,” jawab Hidayat, seperti yang terlihat dalam video yang diunggah di Insta Story Pasha Ungu.

Melansir Pojoksatu.id, Festival Pesona Palu Nomoni 3 Tahun 2018 sedianya dilaksanakan selama 3 hari. Festival akan diisi dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya, termasuk pertunjukan seruling tradisional kolosal lalove.

Selain itu, ada pula panggung tradisional gimba di sepanjang teluk Palu serta ritual adat Balia dari Suku Kaili.

Festival Pesona Palu Nomoni 3 Tahun 2018 ini ditargetkan mampu menyedot 800 ribu wisatawan dengan 500 ribu diantaranya merupakan wisatawan mancanegara.

Kunjungan ratusan wisatawan diharapkan menjadi kado terindah HUT Kota Palu ke-40. Namun kado terindah yang diharapkan justru menjelma menjadi kado pahit.

Gempa dan tsunami mengguncang dan menggulung Palu hanya sehari setelah peringatan dan perayaan HUT Kota Palu.

Bencana diawali dengan gempa pada Jumat siang, 28 September 2018 pukul 14.00. Beberapa jam kemudian, gempa berkekuatan 7,7 SR kembali mengguncang. Gempa ini menyebabkan longsoran bawah laut hingga memicu tsunami.

Tak berselang lama, tsunami dahsyat pun terjadi. Air laut menerjang dan menyapu pemukiman penduduk yang berada di dekat pantai.

Ratusan korban berjatuhan. Bangunan roboh dan porak-poranda. Listrik padam. Jaringan komunikasi terganggu. Infratsruktur hancur.


Pasha Ungu dan istri tidur di pengungsian

Bahkan Sigit Pramono atau yang dikenal Pasha Ungu yang merupakan Wakil Wali Kota Palu harus rela tidur di tenda pengungsian bersama istrinya setelah gempa dan tsunami menghantam kota Palu.

Padahal seyognyanya Pasha dan Wali Kota Palu Hidayat akan membuka Festival Pesona Palu Nomoni 3 Tahun 2018.

Hingga Sabtu malam (29/9) korban meninggal dunia menjadi 420 orang sebagaimana dicatat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Kepala BNPB Wilem Rampangilei mengatakan, jumlah korban jiwa itu hanya mencakup Kota Palu, belum termasuk korban lain di Kabupaten Donggala dan Sigi.

Jenazah korban berada di rumah-rumah sakit dan sebagian sudah dijemput oleh keluarganya.

Willem menyebutkan, jumlah korban kemungkinan bertambah karena banyak reruntuhan gedung, seperti hotel besar, ruko, gudang, dan rumah, yang belum bisa disentuh pencarian.

“Kami kesulitan mengerahkan alat-alat berat untuk mencari korban di bawah reruntuhan gedung karena jalur jalan menuju Kota Palu banyak yang rusak,” kata Willem, Sabtu malam. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini