Bayi lahir bermata satu di Panyabungan, Madina. Foto: Mandailing Online |
Syarifuddin menduga janin bayi itu sering terpapar merkuri dan bahan kimia berbahaya lainnya.
Dari laporan yang diterimanya, orang tua dari bayi yang akhirnya meninggal tujuh jam setelah dilahirkan sekitar pukul 15.30 di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panyabungan itu, bekerja di salah satu tambang emas di Mandailing Natal.
"Orang tuanya perantau dari Pulau Jawa,” kata Syarifuddin melalui telepon, Jumat dinihari, 14 September 2018.
Melansir Tempo.co, Dinas Kesehatan juga menduga bayi itu dilahirkan cacat karena terkena virus rubella. Syarifuddin menjelaskan kondisi bayi sangat memprihatinkan.
Selain hanya memiliki satu mata di kening, bayi itu tidak memiliki hidung. Berat badannya 2,4 kilogram.
Bayi itu juga dipasangi alat bantu pernapasan. Detak jantungnya di bawah 100. Harapan hidup bayi yang terlahir dengan proses caesar itu diperkirakan juga sangat kecil.
Berdasarkan keterangan yang didapat Syarifuddin dari tim dokter, peluang bayi bertahan hidup hanya satu hingga tiga hari.
Rencananya, jika kondisinya membaik, bayi itu akan dirujuk ke rumah sakit di Medan. Namun bayi itu tidak bisa bertahan.
Menurut Syarifuddin, peristiwa seperti ini tergolong langka karena baru terjadi tujuh kali di seluruh dunia. Sebelumnya, bayi dengan kelainan seperti itu terakhir lahir di Mesir. (AS)