Penampakan Ikan Emas yang Dipercaya Penyebab KM Sinar Bangun Tenggelam

Admin
Jumat, 22 Juni 2018 - 18:06
kali dibaca
Ikan emas yang ditangkap warga. Foto: Facebook
Mediaapakabar.com - Penyebab tenggelamnya KM Sinar Bangun di Perairan Danau Toba masih terus diselidiki.

Pun demikian, di tengah upaya memecah misteri tragedi yang menelan ratusan korban (3 ditemukan tewas, 21 selamat, ratusan hilang), status seorang yang mengaku sebagai guru spiritual Danau Toba membuah heboh.

Dia adalah Rismon Raja Mangatur Sirait. Dalam postingan akun Facebooknya, dia menyebutkan KM Sinar Bangun tenggelam adalah imbas dari ketidakpedulian para pemancing yang telah menangkap dan memakan ikan mas raksasa dari Danau Toba.

Pria yang aktif di Sanggar budaya Lusido ini menyebutkan sehari sebelum peristiwa tragis itu, ikan mas seberat 14 Kg didapat pemancing dari danau terbesar di Asia Tenggara itu melansir Pojoksumut.com.

Namun, sudah diminta dilepas, ikan tersebut tetap dibawa pulang dan dikonsumsi.

“Tanggal 17 Juni 2018 pukul 16:30 Ikan mas seberat 14 Kg didapat pemancing di Desa Paropo Tao Silalahi. Ikan Mas paling besar dan saya juga yakin ini paling besar didapat di Danau Toba dalam kurun waktu 20 Tahun terakhir. Bicara hal mistis percaya atau tidak percaya semua kembali ke pribadi masing-masing. Menurut cerita disana para pemancing tidak mengindahkan larangan dan saran orang tua agar ikan Mas ini dilepas kembali ke Danau Toba. Dengan bangganya para pemancing tidak mengindahkan saran orang tua disana langsung membawa ikan Mas ini kerumahnya untuk di masak dan dimakan,” ungkapnya.

“Tanggal 18 Juni pukul 16:30 wib angin puting beliung di atas Danau Toba tepat di Tao Silalahi Paropo, hingga membuat ombak besar yang nota bene banyak mengakui yang sudah lama tinggal dipinggiran Danau Toba belum pernah melihat ombak setinggi 3-4 m dan ketebalan ombak 2 m,” lanjutnya.

“Tanggal 18 Juni 2018 pukul 16:35 seluruh kawasan Danau Toba di terpa angin kencang hingga ke darat. Angin kencang dan ombak besar dari Tao Silalahi Paropo ke jalur penyeberangan Simanindo ke Tigaras berjarak kurang lebih 15 km,” bebernya.

“Cerita dari orang yang pernah lewat naik kapal di kawasan luas Danau Toba Tao Silalahi makanya di katakan Silalahi Nabolak(seekor elang saja tak sanggup melewatinya), agak jarang dilintasi karena bisa tiba -tiba ada ombak besar dan angin kencang. Perlu semua kita ketahui bahwa tingkat besar ombak di seluruh Danau Toba tidak sama karena pengaruh luas dan zona.Zona lintasan kapal KM Sinar Bangun yang kecelakaan di Danau Toba 18 Juni 2018 tepatnya ditengah Danau lintasan Simanindo ke Tigaras adalah zona berbahaya dilintasi bila besar ombak tidak seperti lazimnya,” ungkapnya.

Rismon menjelaskan tulisannya ini hanyalah resensi saja. “Salam peduli kebersihan Danau Toba. Salam menjaga kearifan lokal di Danau Toba,” pungkasnya.

Tulisan inipun langsung memantik pro dan kontra netizen yang membacanya. Hingga hari ini, sudah 739 netizen memehuhi kolom komentar, dan unggahannya sudah dibagikan 10.219 kali.

Dari ratusan komentar banyak yang yakin dengan tulisannya, namun banyak juga yang mengingatkannya bahwa untuk tidak menyalahkan ‘penunggu’ Danau Toba atas insiden KM Sinar Bangun. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini