Kisah Korban Selamat KM Sinar Bangun: Aku Ditolong Tuhan, Kapal Feri Datang Mendekat

Admin
Minggu, 24 Juni 2018 - 16:04
kali dibaca
Heri Nainggolan korban selamat KM Sinar Bangun. Foto: JPNN
Mediaapakabar.com - Helikopter milik Badan SAR Nasional tiba di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, untuk membantu pencarian korban tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun di Danau Toba.

Heli jenis Dauphin dengan nomor sirip HR-3604 itu mendarat pada Sabtu (23/6/2018) sore.

Kedatangan heli tersebut mengundang perhatian masyarakat yang langsung mengabadikan gambarnya lewat kamera telepon genggam mereka.

"Horas, horas, horas...!" teriak warga.

Melansir Kompas.com, Kepala Kantor SAR Medan Budiawan mengatakan, area pencarian para korban diperluas sampai 30 kilometer.

Pihaknya juga menggunakan alat canggih Sonar yang mampu menyelam hingga kedalaman 2.000 meter.

"Pencarian kita perluas karena target akan terus menjauh, seiring arus, waktu dan angin. Tim di darat akan mencari korban sepanjang tepian danau. Mana tahu ada yang didapat. Hari ke enam ini diperkirakan banyak korban terbawa arus hingga bibir danau," kata Budiawan, Sabtu malam.

Ditanya keberadaan bangkai kapal, dia mengaku, tim SAR gabungan tengah fokus mencari di dasar danau.

Tim gabungan tersebut terdiri dari Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), Komando Pasukan Katak (Kopaska), Batalyon Intai Amfibi (Taifib), Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI (Pushidrosal), Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut I Belawan (Lantamal I), Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan I Belawan (Yonmarhanlan), Lanal TBA, Inafis Polda Sumut dan Pol Air Sumut.

"Fokus kita mencari di mana kapal berada. Untuk mempercepat pencarian, kita menggunakan teknologi sonar untuk mendeteksi posisi kapal di dasar danau. Sonar yang digunakan mulai kemarin adalah Multi Beam Echo Sounder yang dipinjamkan dari markas besar TNI," ungkapnya.

Teknologi sensor, lanjut Budiawan, dapat mendeteksi logam di dalam air hingga kedalaman 600 meter.

Namun sampai hari ke lima, pihaknya terkendala kedalaman titik koordinat yang diduga menjadi tempat tenggelamnya KM Sinar Bangun.

Tim khusus penyelam hanya mampu di kedalaman 50 meter. Dinginnya air danau dan visibilitas terbatas membuat tim penyelam tidak bisa berbuat banyak.

“Banyak sampah logam di dasar danau yang menyulitkan. Diperkirakan kapal tenggelam lebih dari 600 meter, untuk itu kami sedang menanti Beam Echo Sounder yang dapat mendeteksi kedalaman hingga 2.000 meter. Pencarian efektif akan berakhir besok, setelah itu proses pencarian akan ditambah tiga hari kalau kapal tidak ditemukan," kata Kepala Basarnas Masekal Muda TNI M Syaugi.

Danlantamal I Belawan Laksamana Pertama TNI Ali Triswanto, menambahkan, kedepannya semua pihak wajib memperhatikan standarisasi angkutan di sungai, danau dan penyeberangan.

Menurut dia, KM Sinar Bangun dari ukuran panjang dan lebar tidak layak bertingkat tiga, jendela kapal yang terbuat dari kaca hendaknya tidak boleh memakai terali.

"Supaya kalau terjadi kecelakaan penumpang dapat segera memecahkan kaca jendela untuk penyelamatkan diri," kata Ali.

Berdoa

Penjabat Gubernur Sumut, Eko Subowo saat menjenguk korban selamat KM Sinar Bangun di RS Tuan Rondahaim Saragih, Pematangraya, Kabupaten Simalungun, mengajak seluruh elemen masyarakat berdoa.

Hal ini dapat membantu moral maupun materil, selain upaya pencarian dan banyaknya bantuan yang diberikan berbagai pihak.

“Musibah ini musibah kita semua. Bantuan dari semua pihak sangat dibutuhkan. Para korban selamat sudah mendapatkan perawatan intensif hingga pulih. Pihak rumah sakit saya minta terus siap siaga selama masa pencarian,” kata Eko.

Bupati Simalungun JR Saragih melaporkan, Pemkab Simalungun sudah menyiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penanganan korban.

Pihaknya juga terus berkoordinasi dan berkomunikasi dengan semua instansi terkait baik dari pemerintah pusat maupun provinsi.

Heri Nainggolan (23), yang sedang dalam perawatan medis, menceritakan peristiwa pedih yang dialaminya.

Sebelum kapal tenggelam, katanya, para penumpang memaksakan diri naik ke kapal. Pasalnya, saat itu hari sudah sore dan cuaca mendung.

"Mereka takut tidak ada kapal untuk pulang, sekitar 15 menit meninggalkan pelabuhan, cuaca tiba-tiba buruk. Terdengar suara seperti kapal menabrak sesuatu, tiba-tiba mesin mati," cerita Heri.

"Hitungan detik, ombak besar menghantam lambung kiri, kapal oleng ke kanan. Aku ditolong Tuhan, kapal feri datang mendekat," tambah dia.

Nenurut Kepala Basarnas M Syaugi, jumlah korban yang ditemukan masih 21 orang. Terdiri dari 18 korban selamat dan tiga orang meninggal dunia.

Masing-masing korban tewas sudah diserahkan kepada pihak keluarga.

Sedangkan jumlah korban yang dinyatakan hilang diperkirakan mencapai 184 orang. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini