Berikut Fakta Soal Jenazah Balita Amanda Ditahan Pihak Rumah Sakit

Admin
Kamis, 31 Mei 2018 - 10:58
kali dibaca
Jenazah balita Amanda Sari. (Foto: Ist)
Mediaapakabar.com - Jenazah balita Amanda Sari (3) yang sebelumnya sempat tertahan di rumah sakit Mitra Medika Percut Seituan Kabupaten Deliserdang karena orangtuanya tidak sanggup untuk membayar biaya pengobatan rumah sakit sudah dimakamkan oleh pihak keluarga.

Ayahnya Ferial Syahputra (40) menyebut sang anak dimakamkan Selasa, (29/5/2018) sore.
Ferial pun mengakui jika ia sebenarnya bukan warga Kabupaten Deliserdang. Ia masih warga Kota Medan.
Meski demikian, ia menyebut sudah sekitar delapan tahun lamanya tinggal di dusun I Pauh Desa Hamparan Perak Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang.
Sehari-hari ia mengaku bekerja sebagai satpam gudang di satu perusahaan yang ada di Kayu Putih Kecamatan Medan Deli Kota Medan seperti yang dikutip dari Tribun Medan.
"Kemarin sore sekitar pukul 18.00 kami kembumikan karena lama keluar dari rumah sakit. Sepeda motorku lah kujamin kan agar bisa keluar. Karena memang gak ad BPJS anakku yang ke empat ini. Kalau rumah memang Hamparan Perak tapi KTP masih Medan karena dulu tinggal sama mertua. Kalau untuk biaya rumah sakit memang belum ada saat ini,"kata Ferial Rabu, (30/5/2018).
Ia sempat menceritakan bagaimana anaknya bisa sampai ke Mitra Medika Percut Seituan. Ia menjelaskan saat pertama kali sakit demam anaknya dibawanya ke rumah sakit Wulan Windi Marelan.
Saat itu karena rumah sakit mengakui alat yang mereka punya kurang lengkap selanjutnya anaknya pun dirujuk ke rumah sakit Mitra Medika Tanjung Mulia. Sesudah sampai di situ dijelaskannya kondisi ruang ICU penuh.
"Karena penuh kami ditawari di situ mau dirujuk ke rumah sakit Mitra Medika Tembung atau yang di Amplas. Karena dekat Tembung kami pilih yang di Tembung sajalah. Malam minggu masuk yang di Tembung baru kemudian Selasa jam 09.25 meninggal dunia anakku ini,"katanya.
Sebelumnya Pihak RS Mitra Medika melalui dr Zani sempat menjelaskan, pasien Amanda Sari meninggal dunia karena mengalami penyakit radang selaput otak.
Disebut kalau saat dibawa ke rumah sakitnya sudah dalam keadaan sangat parah dan harus dirawat di ruang ICU.
"Pembiayaan pasien kita masukkan ke pasien umum dengan total hampir Rp 11 juta. Namun kita juga meringankan keluarga pasien dengan memberikan diskon. Dan jika pasien yang meninggal dibawa pulang harus membayar sekitar 25 persen dari total biaya. Berhubung karena orangtuanya tidak memiliki uang makanya orangtua korban menjaminkan sepeda motor varionya tanpa BPKB ke rumah sakit ini. Jadi intinya kita sudah berusaha meringankan keluarga pasien dengan memberikan diskon," kata dr Zani. (AS)
Share:
Komentar

Berita Terkini